Opini Publik

02.20 / Diposting oleh Nannz /



Jakarta Banjir lagi Banjir lagi.


Prahara itu datang lagi. Hujan deras yang mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya mulai dari 31 Januari 2008 sampai 1 Januari 2008 kembali menyebabkan bencana banjir yang praktis melumpuhkan segala aktivitas di ibu kota Indonesia ini. Penduduk setempat hanya bisa menghela napas melihat air yang menggenangi rumah mereka, jalan-jalan besar, hingga bandara internasional Soekarno Hatta. Air dengan cepat menggenangi beberapa jalanan utama ibukota, mulai dari MH Thamrin, Sudirman, RE Martadinata, DI Panjaitan hingga Gatot Subroto. Lalu lintas ibu kota mati total. Pohon-pohon bertumbangan, lampu lalu lintas pun mati dengan “manisnya.” Kemacetan yang sebenarnya sudah merupakan santapan sehari-hari warga Jakarta semakin menjadi-jadi di saat banjir seperti ini. Bus TransJakarta yang diharapkan sebagai alternatif demi menghindari kemacetan pun tidak bisa beroperasi. Kebanyakan dari bus-bus ini harus berhenti di depan terminal Sarinah dan mengakibatkan TransJakarta menderita kerugian ratusan juta rupiah. Sementara kereta api sebagai alternatif terakhir pun tidak bisa digunakan karena relnya sendiri sudah tertutup air.
Penduduk di daerah yang langganan banjir seperti kawasan Petamburan, Kelapa Gading, dan Kampung Melayu pun mengeluarkan keluh kesah mereka lewat radio dan televisi karena merasa Pemprov DKI lambat dalam melakukan usaha penyelamatan warga yang rumahnya terendam banjir dan pendistribusian makanan ke korban-korban banjir. Keadaan diperparah dengan dimatikannya 999 gardu listrik secara sengaja oleh PLN demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan hal ini berujung pada kerugian milyaran rupiah bagi PLN. Sebagai bonus untuk melengkapi paket kombo ini, daerah penopang Jakarta, seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang pun turut terendam banjir.
Daerah yang paling parah terendam adalah jalan tol menuju bandara Soekarno Hatta, dimana air mencapat ketinggian lebih dari satu meter. Jalan tol pun ditutup, banyak sekali penumpang yang bahkan harus menginap di mobilnya karena mobil mereka tidak mampu lagi melaju ke arah bandara maupun untuk memutar balik. Kondisi di bandara Soekarno Hatta sendiri setali tiga uang, lapangan lepas landas pun terendam air, jarak pandang sangat minim, sehingga 233 penerbangan domestik maupun internasional dibatalkan yang berujung pada penumpukan calon penumpang yang marah di terminal-terminal bandara.

0 komentar:

Posting Komentar